TIMES BULUNGAN, MALANG – Legenda pendaki gunung, Jukardi Adrian alias Abah Bongkeng bertemu dengan puluhan komunitas di Kota Malang di Latar Ijen Resto, Kota Malang, Minggu (16/2/2025). Mereka bertemu dalam kegiatan EIGERIAN MALANG yang diinisiasi oleh EIGER Tropical Adventure.
Community & Partnership Manager EIGER Tropical Adventure, Arif Rachman Husen mengatakan, Malang menjadi kota pertama dalam kegiatan yang diinisiasi di tahun 2025 ini.
Ia mengungkapkan, ini merupakan capaian bersejarah baru yang dilakukan oleh EIGER dan kawan-kawan komunitas asal Malang dan sekitarnya. Untuk pertama kalinya, EIGER meresmikan lahirnya EIGERIAN MALANG, sebuah wadah yang menyatukan komunitas asal berbagai daerah di Malang dan sekitarnya.
Menurutnya, Forum EIGERian yang pertama di Indonesia, yakni EIGERIAN MALANG diresmikan dengan tujuan untuk menjadi forum silaturahmi pegiat kegiatan alam terbuka serta pengguna produk EIGER.
"Kami berharap wadah atau forum ini bisa menyalurkan hobi dan kegiatan positif secara bersama-sama. Agar semakin banyak lagi yang ikut menjaga, melestarikan sekaligus ikut berpetualang menyusuri keindahan bentang alam Indonesia,” ujar Arif, Minggu (16/2/2025).
Arif menambahkan, EIGER berkomitmen untuk melanjutkan aktivasi forum EIGERIAN di berbagai kota lain di Indonesia, agar semakin banyak lagi forum yang menghasilkan ide-ide positif. Terlebih hari ini ada hampir 300 toko EIGER di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh hingga Tanah Papua.
“EIGER menyadari, pegiat kegiatan alam terbuka serta pengguna produk EIGER tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Tentu akan sangat bermanfaat apabila dibentuk Forum EIGERIAN yang aktif di semua kota tersebut,” ungkapnya.
Peresmian EIGERIAN MALANG sebagai sebuah forum disaksikan oleh Djukardi Adriana alias Abah Bongkeng, sosok legendaris di dunia pendakian dan petualangan Indonesia.
Kang Bongkeng yang kini genap berusia 74 tahun masih tetap aktif dalam berbagai agenda pendakian, termasuk edukasi bagi para pendaki muda.
“Alam selalu mengundang bahaya dan mengandung bahaya, urusan persiapan perjalanan, etika dalam berkegiatan di alam terbuka, dan terpenting adalah memastikan bahwa kegiatan kita tidak meninggalkan jejak apapun di alam. Memastikan kita menerapkan Zero Waste Adventure, atau petualangan bebas sampah,” jelas Abah Bongkeng.
Ia juga bercerita dan memberi tips bagaimana tetap eksis dalam mendaki meski kini berusia tua. Terlebih, ia mulai aktif dalam pendakian sudah sejak tahun 1973 silam. “Gunung favorit di Indonesia sudah saya daki. Kalau biar eksis, ya kalau buat saya harus tetap berbekal pengetahuan tentang teknik hidup,” katanya.
Menurutnya, pendaki gunung harus tahu tentang apa itu mountain ring atau mendaki gunung. Ada dua faktor yang harus dimengerti, yakni objek dan subjek.
“Banyak hal yang busa mengancam keselamatan jiwa kita. Objek datangnya dari alam dan subjek akan datang dari kecelakaan. Jadi tetap harus berbekal pengetahuan, tahu medan dari alam gimana,” ucapnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bersama EIGER, Abah Bongkeng Berbagi Kisah Pendakian Gunung pada Komunitas Kota Malang
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Ronny Wicaksono |